Rabu, 21 Mei 2008

Kebangkitan Nasional atau Kebangkrutan Nasional?[i]


Pada tanggal 20 Mei rakyat Indonesia selalu memperingatinya dengan Hari Kebangkitan Nasional. Berbagai acara digelar untuk memeriahkan hari tersebut. Bahkan beberapa partai politik nasional menggunakan kesempatan ini untuk berkampanye.

Seratus tahun sudah Indonesia menuju kebangkitannya. Indonesia masih tetap saja belum mencapai kebangkitan yang diinginkan apalagi masih banyak mengundang pertanyaan tentang tanggal yang harus diperingati yakni sejak 20 Mei 1908, sebagai hari lahirnya Boedi Oetomo.[ii] Banyak fakta menyebutkan bahwa negeri ini mengalami kemunduran dalam berbagai bidang kehidupan. Reformasi yang digulirkan 10 tahun yang lalu hanya sebuah angin lalu yang tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap perubahan kondisi negeri ini. Malahan yang terjadi adalah sebaliknya, pergantian rezim hanya menambah keruhnya suasana negeri ini.

Dalam bidang politik Indonesia mengalami kericuhan yang tidak kunjung selesai. Proses demokratisasi yang ditawarkan sebagai solusi hanya dijadikan alat untuk meraih kekuasaan dalam rangka memeras uang rakyat. Pemilihan kepala daerah hanya menjadi acara seremonial belaka, tak lebih seperti panggung sandiwara.

Reformasi yang mengagungkan Hak Azasi Manusia (HAM) memberikan upaya pengrusakan aqidah umat Islam di Indonesia. Bermunculannya berbagai aliran sesat seperti Ahmadiyah, Al-Qiyadah Islamiyah dan aliran sesat lainnya menambah kerumitan Indonesia dalam bidang sosial. Pendidikan nasional yang semakin kapitalistik membuat banyak anak yang putus sekolah dan tidak dapat meraih cita-citanya untuk sekolah lebih tinggi lagi. Apalagi sistem pendidikan yang ditawarkan tidak dapat membentuk manusia yang beriman dan bertaqwa malah sebaliknya menghasilkan manusia-manusia hedonis, individualis bahkan liberalis.

Ekonomi Indonesia yang semakin tidak menentumenjadi bukti kegagalan reformasi. Kita tinggal menunggu kebangkrutan negeri ini. Campur tangan kaum kapitalis (seperti IMF, World Bank) adalah salah satu penyebab kebangkrutan ekonomi Indonesia.[iii] Cengkraman Kapitalisme global tidak dapat dilawan oleh Indonesia, karena Indonesia sendiri sudah masuk ke dalam ‘pukat harimau’-nya perusahaan-perusahaan asing yang menguasai berbagai sumber tambang, minyak, gas dan berbagai sektor penting lain. Padahal sektor tersebut adalah perusahaan milik umum yang harus dikelola oleh negara untuk kepentingan rakyat.

Lalu, kebangkitan seperti apa yang kita inginkan? Ada orang yang berpendapat bahwa kebangkitan nasional ditandai dengan bangkitnya perekonomian dalam negeri. Atau bahkan ada yang berpendapat bahwa kebangkitan yang hakiki hanya akan dicapai dengan kebangkitan akhlaq setiap individu manusia. Ternyata, kebangkitan yang hakiki adalah kebangkitan yang didasarkan pada fikroh menyeluruh tentang alam semesta, manusia dan kehidupan (akidah). Kebangkitan perekonomian dan kebangkitan akhlaq tidak akan melahirkan kebangkitan yang hakiki, melainkan kebangkitan yang semu. Kedua hal tersebut hanyalah hasil dari kebangkitan yang hakiki.

Sekarang, aqidah yang mana yang akan kita jadikan landasan sebuah kebangkitan. Aqidah sekuler telah nyata membawa negeri ini menuju kebangkrutan. Atau, aqidah sosialis-komunis yang nyata-nyata telah bangkrut dan ditinggalkan para pmeluknya. Atau, aqidah Islam yang didasarkan pada ruh, yang mengakui eksistensi Alloh SWT dengan segala otoritasnya dalam seluruh aspek kehidupan.

Jadi, kabangkitan fikiranlah yang akan membawa umat ini menjadi lebih baik. Bukan dengan merubah Undang-undang, demokratisasi bahkan reformasi yang hanya melahirkan solusi parsial. Kebangkitan Indonesia akan terjadi apabila sudah terhimpun fikroh Islam dan membangun pemerintahan berdasarkan fikroh Islam yakni Daulah Khilafah Islamiyyah.[iv]


[i] Makalah yang sama juga disampaikan oleh Hady Sutjipto, SE., MSi. dalam Diskusi Publik Menuju Kebangkitan Indonesia, Selamatkan Indonesia dengan Syari’ah di Mesjid Istiqomah, Bandung tanggal 20 Mei 2008

[ii] Menurut KH Firdaus AN , Hari Kebangkitan Nasional seharusnya diperingati sebagai hari lahirnya Sarekat Dagang Islam (16 Oktober 1905) seperti yang dikutip Rizki Ridyasmara dalam artikelnya ’20 Mei Bukan Hari Kebangkitan Nasional’ dalam http://www.eramuslim.com

[iii] Revrisond Baswir. 2006. Mafia Barkeley dan Krisis Ekonomi Indonesia. Pustaka Pelajar. Yogyakarta: hal. 64

[iv] Ir. M. Rahmat Kurnia, M.Si. dalam Diskusi Publik Menuju Kebangkitan Indonesia, Selamatkan Indonesia dengan Syari’ah di Mesjid Istiqomah, Bandung tanggal 20 Mei 2008

Tidak ada komentar: