Minggu, 19 Juli 2009

Spekulasi Bom Mega Kuningan


Bom kembali mengguncang negeri ini setelah sekian lama opininya tidak terdengar dimedia massa. Sekitar pukul 07.45 WIB sebuah bom meledak di Hotel JW. Mariot dan sekitar dua menit kemudian bom kembali meledak di Hotel Ritzt Carlton. Dua bom yang meledak hampir bersamaan menjadi indikasi bahwa ada keterkaitan diantara dua ledakan yang telah terjadi.
Berbagai spekulasi muncul sehingga terjadi kesimpangsiuran informasi mengenai motif adanya ledakan ini. Setidaknya ada beberapa spekulasi dimana itupun belum tentu kebenarannya.

Pertama, ledakan yang terjadi diduga dalam rangka mengacaukan pemilu yang ternyata dalam kondisi relatif aman. Pemilu kali ini tidak seperti yang terjadi di Iran dimana telah terjadi kerusuhan massa atas ketidakpuasan dari pihak yang kalah dalam pemilihan. Ada pihak yang tidak menginginkan pemilu di Indonesia berjalan aman. Pihak inilah yang senantiasa merongrong keutuhan bangsa sehingga akan dengan mudah terprovokasi dan tersudutkan di dunia internasional.

Kedua, spekulasi muncul dari pihak Pemerintah Australia yang menuduh Jamaah Islamiyah sebagai dalang dan pelaku pengeboman di Mega Kuningan beberapa hari lalu. Kejadian ini telah diprediksi oleh pihak intelejen namun tidak ada kekuatan untuk mencegahnya. Kelompok Islam yang senantiasa menggunakan jalan kekerasan seperti ini ingin menunjukan eksistensi diri di tengah kezaliman dunia.
Alasan gerakan Islam ini menjadi legitimasi Barat untuk senantiasa menekan Islam dimanapun berada jika tidak bisa diajak ‘kerjasama’. Isu ‘perang melawan teror’ masih menjadi strategi ‘basi’ yang dijalankan Barat setelah kepemimpinan George W. Bush sebagai presiden Amerika Serikat.
Pelaku pengeboman dikedua tempat tersebut bisa saja berasal dari pihak kelompok Islam itu sendiri atau memang orang suruhan pihak intelejen asing. Juga, bisa jadi pelakunya adalah orang-orang ikhlas yang ingin memperjuangkan Islam tetapi dimanfaatkan oleh pihak intelejen untuk membentuk opini negatif tentang Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar di dunia. Banyak kemungkinan terjadi di tengah kesimpangsiuran opini yang terekam.
Ketiga, pelaku adalah pihak yang berkepentingan dengan bisnis emas di Freeport. Akhir-kahir ini kondisi keamanan di Freeport dalam kondisi kritis sehingga mengancam eksistensi perusahaan Amerika itu di Indonesia. Media massa senantiasa menangkat isu sehingga dikhawatirkan mengganggu proses produksi serta investasi di salah satu tambang emas terbesar di dunia itu.