Rabu, 24 Februari 2010

Kunci Kesuksesan China sebagai Negara Pedagang

Isu perdagangan bebas antara negara-negara ASEAN dengan China menjadi isu hangat di setiap media massa. Banyak kekhawatiran yang dirasakan oleh pengusaha pribumi karena produk China diramalkan akan menggilas produk lokal. Harga murah yang ditawarkan oleh China memang sulit ditandingi dengan produk lokal yang terus mengalami kenaikan harga.
Buku Belajar dari China karya I Wibowo setidaknya memberikan gambaran garis besar kesuksesan China menjadi negara pedagang di era globalisasi ini. Buku terbitan Penerbit Kompas ini menemukan empat bidang yang menjadi bahan diskusi ketika menyoroti kesuksesan China. Keempat kunci sukses itu terletak pada bidang ekonomi, politik, ideologi dan globalisasi.
Ekonomi China dibangun dengan konsep ekonomi sosialis ala Mao Ze Dong. Awalnya, kebebasan menjalankan usaha bagi setiap warga merupakan hal tabu di negeri ini. Seiring berjalannnya waktu, konsep ekonomi China terus mengalami perubahan. Bagaimanapun, pemikiran manusia akan senantiasa berubah dan mengikuti perkembangan zaman. China tidak mau ketinggalan dalam hal itu.
Pada masa kepemimpinan Dao Xiaoping, ekonomi China mengalami perubahan drastis. Banyak orang yang diperbolehkan menjalankan usaha. Kesadaran orang China tidak dapat dibendung. Warganya begitu giat bekerja karena ini sudah menjadi ciri khas mereka. Wajar jika China menjadi pusat peradaban dunia berabad-abad lamanya. Perusahaan – perusahaan swasta didirikan untuk mengikuti laju pertumbuhan ekonomi. Namun, China masih tetap mempertahankan perusahaan negara di bidang-bidang strategis seperti bahan bakar, perumahan dan infrastruktur.
Sungguh aneh memang, banyak kalangan yang ‘terkejut’ ketika China masih mempertahankan peran negara dalam perekonomian nasional. Ketika berbagai bangsa sudah ‘meninggalkan’ negara dalam kompetisi global justru di China sebaliknya. Sebagaimana di Indonesia, negara dianggap sebagai penghambat kemajuan ekonomi karena negara terlalu kaku untuk menjalankan roda perekonomian. Di sini, negara hanya sebagai pembuat undang-undang dan penampung keluhan masyarakat.
Pemerintah China dipenuhi oleh orang-orang yang ingin maju bersama. Pemimpinnya bisa membawa ke arah perubahan yang jelas. Dan tentu saja, dipahami dan diikuti oleh rakyat dengan aktualisasi diri yang luar biasa. Pemerintah China berperan sebagai ‘direktur’ bagi perusahaan besar bernama China Coorporation. Orang China, dimanapun, sudah ditakdirkan menjadi pedagang.
Situasi politik di China sangat mendukung kegiatan produksi untuk memenuhi target sebagai negara eksportir terbesar melampaui Jerman. Penguasa China terkenal represif ketika menghadapi situasi menegangkan. Bahkan, catatan hitam hak asasi manusia mereka menjadi bahan gunjingan banyak pihak, termasuk Amerika dan Uni Eropa. Begitulah cara Hu Jin Tao dan penguasa sebelumnya dalam mengendalikan situasi keamanan nasional. Ketika banyak orang mengkritik cara-cara seperti ini justru pertumbuhan ekonomi China melesat melebihi angka 7 % di setiap tahunnya.
Tekanan dari berbagai penjuru tidak menyurutkan China untuk tetap menjalankan kebijakan ‘tegas’. Strategi ini terbukti berjalan efektif dan tentu saja membuat banyak negara merasa iri. Penguasa China bukan tipe penguasa yang banyak sesumbar tetapi cenderung bersikap kooperatif pada dunia internasional. Sikap ini menjadi senjata ampuh untuk melindungi setiap barang China yang masuk ke berbagai negara. Pada praktiknya, sikap suatu negara sangat berpengaruh pada laju perdagangan yang sedang dijalankan. Apalagi, China adalah anggota baru WTO (World Trade Organization) yang belum sepenuhnya memiliki pengaruh kuat.
Keputusan China untuk masuk kedalam WTO disambut baik oleh rakyatnya. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Indonesia dan negara berkembang lainnya. Bagi Indonesia, WTO menjadi penyebab ketimpangan perdagangan dalam negeri. Sebaliknya, bagi China WTO menjadi jalan untuk melancarkan program industrialisasi negara yang sudah direncanakan sejak lama.

Semangat Membangun yang Tinggi
Ideologi komunis yang dianut China sejak Mao Zedong memerintah tidaklah lantas menjadi penyebab utama kemajuan China saat ini. Banyak negara yang bersebrangan ideologi dengan China bisa menggapai kemajuan ilmu pengetahuan, ekonomi, teknologi dan militer. Para pemimpin China bisa menjadi contoh bagi rakyatnya dalam upaya membangun negeri sendiri. Semangat membangun negeri yang tinggi dari orang China patutlah dicontoh oleh orang Indonesia.
Kemandirian dalam segala hal menjadi ciri khas orang China saat ini. Sebagai masyarakat pedagang, mereka beranggapan bahwa mereka tidak bergantung pada orang lain tetapi orang lainlah yang bergantung pada mereka. China berupaya bersikap mandiri dalam berbagai sektor untuk kepentingan umum. Negara tidak gegabah menyerahkan sektor-sektor publik kepada pihak swasta justru sebaliknya negara semakin memperkuat keberadaannya. China memiliki badan usaha milik negara yang sangat banyak sehingga peran negara dalam roda perekonomian sangat kentara dalam hal ini.

Senin, 08 Februari 2010

Legenda Jengis Khan

Memetik Pelajaran dari Agresor Mongolia


Ketika saya membaca Jengis Khan, Legenda Sang Penakluk dari Mongolia karya John Man ada bengitu banyak hal yang bisa kita jadikan pelajaran. Jengis Khan _terlahir dengan nama Temujin_ mempunyai segudang pengalaman dalam menaklukan berbagai wilayah yang terbentang dari daratan Asia Timur, Asia Tengah hingga ke Timur Tengah dan Eropa. Dunia Jengis adalah dunia peperangan hingga akhir hayatnya. Keberaniannya melegenda hingga kini, dan naif bila masih ada orang yang meragukan kecerdasannya.

Keberanian Jengis merupakan sifat yang sepatutnya ditiru oleh setiap manusia di muka bumi. Setiap manusia dituntut untuk bersikap berani mengambil keputusan dalam menentukan arah hidupnya. Resiko dalam kehidupan jadi semacam bumbu bagi nikmatnya dunia ini. Jengis sangat menikmati hidupnya yang dipenuhi dengan tantangan dan rintangan.

Darah dan kebencian melingkupi setiap sudut kehidupan Jengis. Bagi orang Muslim, Jengis adalah sosok bengis yang telah memorak-porandakan Bagdad sebagai jantung dunia Islam pada abad ke-13. Namun, dibalik kesadisannya itu tergambar sikap tegas dan konsisten. Dia seorang manusia yang disiplin dalam menjalankan setiap misinya. Rasa persaudaraan menjadi pemicu semangat hidup bangsa Mongol waktu itu. Jengis-lah yang telah menghidupkannya kembali.

Konsistensi dalam perjuangan menjadi ciri khas bagi seorang Jengis Khan. Gaya hidupnya yang sederhana dan bersahaja menjadi contoh bagi setiap bawahannya. Itulah menjadi alasan kenapa dia begitu dipuja hingga hari ini. Cita-cita yang tinggi tidak hanya ada pada retorika belaka tetapi juga dibarengi oleh sikap hidup yang memperhatikan setiap detail masalah kehidupan itu sendiri. Dia menjadi contoh bagi setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya.

Sekarang, sudah tersibak salah satu rahasia orang-orang China menjadi bangsa yang besar. Para leluhur mereka memberikan dorongan spiritual yang begitu kuat untuk maju dan mengubah dunia!