Jumat, 30 Desember 2011

Malam Ke-12, Energi Nasional 2020_Basic Story Hollywood Movie

Senin, 13 Desember 2010

 

Proyek pengalihan sumber energi dari fosil menjadi non-fosil di Indonesia selalu gagal. Banyak proyek diajukan oleh para ilmuwan namun hasilnya nihil ketika sudah disodorkan kepada para anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Ilmuwan menjadi sosok yang merasa tidak dihargai di negerinya sendiri. Mereka belajar banyak untuk menggantikan sumber energi yang semakin mahal menjadi lebih murah dan ramah lingkungan. Tetapi, kepentingan pengusaha dan konglomerasi menjadi alasan kuat para pemegang kebijakan memveto setiap ide.

Jika dibandingkan dengan India maka kita kalah jauh dalam usaha pemanfaatan energi negaranya. Mereka sudah menggunakan nuklir untuk pembangkit tenaga listrik. Para politisi berusaha untuk membuat undang-undang yang bisa menjadi payung hukum pengelolaan energi nasional. Begitupun para ilmuwan mencari cara terbaik untuk menghidupi jutaan rakyat di negaranya.

Ketika ide itu dikemukakan di Indonesia maka banyak saja alasan untuk menolaknya. Pemerintah kita masih menggunakan skema pembuatan anggaran negara berdasarkan harga minyak dunia. Hal ini menunjukan bahwa sumber energi menjadi sangat vital dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Apabila ada kemauan dari bangsa ini untuk mengganti sumber energinya menjadi lebih murah maka setidaknya menyelesaikan satu atau banyak masalah di negeri ini. Akan ada banyak pihak yang merasakan manfaatnya ketimbang konglomerasi asing yang selalu menekan kepentingan nasional.

Angin, air dan panas bumi menjadi alternatif lain untuk menggantikan sumber energi nasional. Ada banyak negara yang telah mengalihkan seumber energinya dari minyak bumi dan gas ke angin, air dan panas bumi. Ketika ada seseorang yang ingin meniru ide ini, justru disingkirkan oleh banyak kalangan.

Perang energi pun terjadi. Sebetulnya bukan perang idealisem tetapi lebih merupakan perang kepentingan. Setiap orang ingin mengambil keuntungan dari setiap rencana pemerintah. Para pengusaha berlomba mendekati pemangku kebijakan untuk mendapatkan jatah proyek. Mereka tidak segan-segan menodong para ilmuwan dengan ribuan dolar untuk mendukung rencana mereka. Jika para ilmuwan itu tidak mau kerjasama maka kematian yang akan menjemputnya.

Perang energi ini merambat ke masalah politik. Para petinggi militer merasa yakin untuk melakukan kudeta sebagai jalan terkakhir ketika kepentingan para pengusaha yang mereka dukung tidak dapat terwujud. Di negeri ini, kekuatan sipil hanyalah kedok dari kemapanan konsep negara padahal militerlah yang menguasai setiap jengkal tanah dan air di negeri ini.  Militer menjadi ‘satpam’ perusahaan-perusahaan konglomerasi asing yang menguasai sektor energi.

***

Energi Nasional 2020 menjadi novel Indonesia pertama yang dijadikan referensi cerita film Hollywood. Intrik politik menjadi ciri khas dari novel ini. Dari satu bagian ke bagian lain menjadi gambaran nyata sebuah kehidupan yang tidak tidak diketahui publik. Hanya sebagian orang yang mengetahui setiap kejadian didalam novel ini. Publik tidak pernah tahu jutaan dollar telah digelontorkan oleh para konglomerat energi itu untuk membiayai setiap undang-undang yang menjadi refresentasi kepentingan mereka.

Kejadian-kejadian dalam novel ini menggambarkan aksi penyelamatan nasib umat manusia. Walaupun tidak sedikit nyawa yang dipertaruhkan, namun tokoh utamanya mampu membawa si pembaca untuk menerka-nerka walaupun banyak kejadian yang tidak terduga. Tokoh-tokoh dalam novel ini memang sulit ditempatkan menjadi kategori antagonis atau protagonis karena membaca harus memahami keseluruhan cerita dengan seksama. Ada tokoh yang semula dikategorikan protagonis justru di akhir cerita dia adalah antagonis.

Sebagai novel yang bergendre thriller, Energi Nasional 2020 menyuguhkan adegan-adegan yang penuh action. Warner Bross mampu meramu cerita yang imajinatif menjadi sebuah film yang enak ditonton dan juga asyik mengikuti ceritanya. Aksi penyelamatan Laboratorium Penelitian Energi Terbarukan (LPET) dari tabrakan sebuah pesawat jet tempur TNI-AL menjadi aksi yang paling mendebarkan. Selain itu, aksi penyelamatan gerbong Kereta Rel Listrik (KRL) dari ledakan tabung gas menjadi peristiwa yang tidak terduga. Kecerdasan Guntur_ sebagai tokoh utama_ adalah daya tarik dari novel ini.

Tidak ada komentar: