Senin, 25 Juli 2011

Pagi ke-5, Isu untuk Ketakutan

Selasa 10 Agustus 2010

Terorisme menjadi isu utama dunia untuk senantiasa menakut-nakuti masyarakat dunia akan bahaya terorisme. Warga dunia sudah terlalu sering mendengar isu ini sehingga ketakutan itu semakin menjadi-jadi. Saya pikir isu tentang ‘katakutan’ itu menjadi basi ketika terus diulang-ulang. Namun, pengetahuan kita yang kurang justru menambah rasa takut itu.
Ketakutan manusia tidak hanya melulu pada bahaya terorisme. Ketakutan itu datang dari sikap mereka yang berlebihan dalam menyikapi kondisi di sekitarnya. Ketakutan akan kelaparan. Ketakutan akan kemiskinan. Ketakutan akan sikap orang terhadapnya.
Ketakutan-ketakutan itu sebenarnya hanyalah rekaan belaka. Bahkan, hal yang ditakutkan itu ternyata tidak ada dalam dirinya. Kita terlalu dibelenggu oleh opini umum tentang hidup. Ketika hidup itu harus kaya ya semua orang mengejar kekayaan. Setelah kaya, banyak orang yang tidak bisa memanfaatkan kekayaannya. Foya-foya dan hidup konsumtif menjadi kegiatan sehari-hari. Akhirnya, banyak orang kaya yang tidak bahagia. Banyak uang tapi memiliki penyakit kronis yang siap merenggut nyawanya.
Ketakutan manusia akan kelaparan memaksa mereka untuk mencari uang hingga ke pinggiran kota. Mereka meninggalkan kampung halamannya demi ‘sesuap nasi’. Ini memang lucu dan aneh. Mencari sesuap nasi seharusnya pergi ke sawah dan ladang untuk bertani bukan ke pinggiran kota untuk sekedar jadi kuli panggul. Memang rezeki orang siapa yang tahu. Tapi, coba gunakan nalar kita. Jika kita mau mengolah tanah kita maka tidak akan ada istilah kelaparan baginya. Kelaparan hanya ada jika kekeringan melanda dan persediaan pangan di lumbung sudah habis. Tapi, bukankah negeri ini hujan hampir sepanjang tahun?
Tidak ada alasan lagi untuk merasa takut. Kita jangan menciptakan ketakutan kita sendiri. Pergi ke kota untuk jadi kuli padahal masih ada tanah untuk digarap. Ketakutan kita di sini berbeda dengan di sana. Di kota, ketakutan itu jauh lebih besar dibanding di desa karena perbedaan peradaban. Jangan jadikan suasana di sana menjadikan kita menjadi manusia yang tidak produktif dan hanya bergantung pada orang lain.
Ketakutan yang kita hadapi harus menjadikan kita lebih mandiri.

Tidak ada komentar: