Kamis, 21 Agustus 2008

Ancaman Nasionalisme terhadap Persatuan Umat Islam


Nasionalisme Membuahkan Kebencian
Nasionalisme bagi sebagian orang adalah sesuatu yang agung yang harus dipertahankan. Mereka rela mati bagi eksistensi nasionalisme. Pemikiran ini lahir karena sebagian orang beranggapan bahwa nasionalisme dapat mempersatukan orang dalam satu bingkai Negara dan teritorial. Bagi mereka, nasionalisme bisa mempersatukan perasaan orang yang memiliki nasib yang sama.
Terkadang nasionalisme menggiring orang untuk menumpahkan darah manusia. Kebencian pada bangsa lain diluar bangsanya membuat orang menjadi beringas dan bersikap tidak manusiawi. Masih ingat sikap Adolf Hitler terhadap bangsa Non-Aria? Hitler dengan NAZI menjadikan manusia seperti binatang bahkan lebih rendah derajatnya. NAZI membunuh musuhnya seperti menepuk seekor nyamuk, sangat mudah tanpa ada rasa bersalah. Karena sikap mereka yang ‘gila’ itu maka Hitler dan pengikutnya disebut kaum Ultra Nasionalis.
Atas nama Nasionalisme perang saudara pun terjadi, tidak peduli kalau mereka seagama. Tentara Nasional Indonesia (TNI) berperang dengan pasukan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) di Aceh karena perebutan wilayah. Walaupun apabila dicermati mereka berperang bukan karena mempertahankan idealisme tetapi karena pragmatisme diantara mereka. Agama Islam yang mereka anut tidak membuat mereka berdamai. Egoisme dari masing-masing pihak lebih banyak dikedepankan. Terkadang saya bertanya, “Apakah mereka merasa berdosa ketika harus menembak mati saudara mereka sendiri?”.
Masih segar di ingatan ketika ada sebagian orang yang menyatakan ‘perang’ dengan orang Malaysia ketika Reog Ponorogo ditampilkan di iklan pariwisata Malaysia. Ditambah lagi ada seorang juri Taekwondo yang dipukuli Polisi Malaysia. Atas nama nasionalisme mereka menjelek-jelekan saudara mereka sesama Muslim di Malaysia. Di kampus saya, Unpad Jatinangor, banyak pamplet yang tertempel di dinding-dinding yang bernada provokatif. Bahkan ada yang berani menghina di depan mahasiswa-mahasiswa Malaysia yang sedang melaksanakan tugas pertukaran pelajar. Apakah harus seperti itu sikap kita? Saya pikir, tidak!

Rosululloh Melarang Nasionalisme
Itulah sekelumit fakta dimana nasionalisme membuat orang kehilangan akan sehatnya. Memang, ada yang berpendapat dengan nasionalisme rakyat Indonesia dapat bersatu untuk membangun bangsanya. Pendapat ini sering dikemukakan oleh para petinggi negeri ini. Mereka mengkampanyekan nasionalisme sebagai jargon politik mereka. Bahkan partai (berazas) Islam pun ikut-ikutan menjadikan isu nasionalisme ini sebagai alat kampanye mereka. Padahal Rosululloh saw. sudah secara jelas melarang setiap muslim memiliki rasa nasionalisme dalam dirinya. Dalam hadist riwayat Abu Daud dan Ahmad Rosululloh bersabda:
‘Sesungguhnya Alloh relah menghilangkan dari diri kalian ashobiyah jahiliyah dan kebanggan jahiliyah karena keturunan. Seseorang hanyalah seorang mukmin yang bertaqwa atau seorang pendosa yang celaka. Manusia itu hanya anak cucu Adam, sedangkan Adam berasal dari tanah. Tidak kelebihan antara Arab atas non-Arab kecuali karena ketaqwaannya.’
Jika mencermati hadist tersebut maka sudah jelas keharaman nasionalisme. Kata Ashobiyah dalam hadist di atas dapat berarti rasa bangga pada keluarga, suku atau bangsa sendiri dan menganggap hina bangsa yang lain. Tidak peduli ukuran menghinakan itu apakah besar atau kecil. Apakah sikap kita seperti Hitler ataupun seperti teman mahasiswa saya yang menghina mahasiswa Malaysia.

Dalam Bentuk Apapun Nasionalisme Tetap Cela
Syekh Hasan al-Banna dalam bukunya Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin (1997)i menyebutkan bahwa nasionalisme itu boleh-boleh saja. Apabila nasionlisme yang dimaksud adalah nasionalisme kerinduan akan bangsa dan tanah air maka hal itu sudah ada dalam fitrah manusia. Jika nasionalisme yang dimaksud adalah nasionalisme pembebasan dari penjajah untuk membela kehormatan maka beliau pun sepakat dengan hal itu. Menurut beliau batasan nasionalisme ditentukan oleh aqidah.
Saya tidak sependapat dengan beliau. Jika nasionalisme itu ditentukan oleh aqidah, maka mengapa masih memperbolehkannya? Perasaan rindu akan kampung halaman, sayang sesama saudara atau ingin bebas dari penjajahan adalah sikap yang sesuai fitrah tapi bukan berarti itu adalah nasionalisme. Nasionalisme itu lahir karena adanya persamaan wilayah tempat tinggal (negara), perasaan sama terjajah atau lahir dari bangsa yang sama bukan lahir dari aqidah yang sama.
Ikatan yang dapat mempersatukan umat Islam bukanlah nasionalisme melainkan ikatan aqidah, yakni Islam. Meskipun nasionalisme dapat membangun sebuah masyarakat sehingga mempunyai perasaan yang sama tetapi nasionalisme tidak dapat mempersatukan umat Islam. Masyarakat Islam terbangun karena adanya perasaan, pemikiran dan peraturan yang sama yakni perasaan Islam, pemikiran Islam dan peraturan Islam yang lahir dari ideologi Islam.ii
Nasionalisme hanyalah perasaan sesaat yang muncul ketika ada momen-momen tertentu saja. Misalnya ketika adanya Hari Ulang Tahun Republik Indonesia dimana setiap orang ramai dengan opini nasionalisme. Nasionalisme pun lahir ketika suatu bangsa terjajah maka nasionalisme itu lahir. Dulu ketika Indonesia masih terjajah maka nasionalisme waktu itu begitu tinggi, tetapi sekarang perasaan itu sudah hilang. Silakan tanya pada setiap orang seberapa besar nasionalisme mereka?

Nasionalisme Tidak Dapat Menmpersatukan Umat Islam
Maka dari itu nasionalisme tidak dapat dijadikan alat untuk mempersatukan umat Islam meskipun mereka satu bangsa dan negara. Malahan karena adanya nasionalisme inilah umat ini tidak dapat bersatu. Daulah Khilafah Islamiyah di Turki runtuh (Tepatnya 3 maret 1924) karena masing-masing dari umat Islam menonjolkan nasionalisme mereka. Arab memisahkan diri menjadi negara Arab Saudi. Iran, Irak, Bahrain, India dll. menyatakan diri keluar dari Daulah Khilafah Islamiyah. Mereka beranggpan bahwa Khilafah Turki Ustmani telah merampas kedaulatan mereka sebagai bangsa Arab yang berbeda dengan bangsa Turki.iii Kafir penjajah seperti Inggris, Perancis dan Italy menghembuskan nasionalisme pada umat Islam waktu itu melalui agen-agennya seakan-akan perasaan itu adalah lebih penting dibandingkan persatuan umat Islam dibawah naungan Daulah Khilafah.

Lenyapkan Bendera Negaramu!
Setiap negara bekas Daulah Khilafah membanggakan bendera mereka masing-masing. Bendera merupakan produk (madani) dari sebuah peradaban (hadloroh). Nasionalisme merupakan hadloroh yang diharamkan oleh Rosululloh maka secara otomatis bendera masing-masing negara pun haram untuk dibanggakan oleh kaum Muslimin. Seharusnya hanya ada satu bendera yang memayungi mereka yakni Ar-Roya dan Al-Liwa. Kedua bendera ini yang selalu digunakan Rosululloh dalam berbagai kegiatan kenegaraan.
Ketika masih sekolah saya adalah anggota Pramuka dan Paskibra yang sangat mengerti bagaimana nasionalisme ada dalam diri. Sering saya menangis ketika lagu Indonesia Raya dinyanyikan bersamaan dengan dikibarkannya bendera Merah Putih. Saya fikir perasaan terharu itu lahir karena nasionalisme yang ada pada diri saya. Tapi saya terkesan tidak peduli ketika umat Islam di Palestina, Chechnya dll. dijajah oleh kaum kafir. Sekarang saya menyadari bahwa ternyata nasionalisme itu hanyalah perasaan yang datang bukan karena ikatan aqidah.
Dulu saya masih merasa bangga ketika menempelkan pin bendera Palestina di jaket atau di tas. Sekarang saya memahami bahwa ternyata bukan itu yang menjadi persoalannya. Kita harus menghapus bendera Pelestina yang menempel di dinding kamar kita dan menggantinya dengan Ar-roya dan Al-liwa.

Nasionalisme Hanya akan Melanggengkan Penjajahan
Jika kita menginginkan Palestina merdeka dengan bendera Palestina itu sama saja kita mendukung penjajahan Israel di tanah Palestina. Memang itulah yang diinginkan oleh kaum kafir. Mereka tidak ingin umat Islam besatu dalam satu bendera yakni Daulah Khilafah Islamiyah. Saat ini umat Islam terjebak dalam nasionalisme yang seakan-akan hal yang agung. Padahal sebenarnya kita sudah masuk ke dalam lubang biawak! Umat Islam terlalu sibuk dengan urusan bangsanya sendiri dan lupa akan persoalan umat Islam di negeri lain.

Hati-hati Partai Pengusung Nasionalisme
Orang-orang kafir sengaja membentuk partai-partai yang menjadikan nasionalisme sebagai jargon politik mereka. Opini itu untuk membawa umat umat Islam supaya lupa akan persatuan umat melalui persatuan iideologi Islam. Kalau ada partai Islam yang menjadikan nasionalisme sebagai jargon politik mereka sama saja dengan partai nasionalis sekuler! Waspadai setiap orang munafik yang masuk ke dalam tubuh umat Islam karena mereka akan mengahancurkan umat dari dalam. Mereka seperti ‘musuh dalam selimut’ atau ‘menggunting dalam lipatan’ sebagaimana Mustafa Kemal menghancurkan Daulah Islam langsung ke jantung umat Islam!

Tidak ada komentar: