Selasa, 19 Agustus 2008

Bahaya Dibalik Isu “Save Our Palestine”


Pendahuluan: Apa Kabar Palestina?
Palestina, sebuah negara dalam negara. Mungkin ungkapan itulah yang tepat disematkan kepada Palestina yang telah mengalami penjajahan Isreal sejak negara itu didirikan tahun 14 Mei 1948. Berbagai bentuk penindasan dilakukan kepada rakyat Palestina yang telah mendiami wilayah itu sejak ratusan tahun yang lalu. Sejarah panjang Palestina selalu diwarnai dengan berbagai konflik yang telah banyak menelan korban. Sejak Bani Israel sampai di wilayah itu bersama Nabi Musa, mereka adalah tipe kaum yang suka membangkang kepada Nabinya.
Masyarakat Muslim, Kristen dan Yahudi sudah hidup berdampingan dengan damai sejak Umar bin Khottob memasuki wilayah itu tahun 636 M.i Bahkan ketika Perang Salib berkecamuk, penduduk negeri itu bahu-membahu untuk membela wilayah mereka dari serangan kaum Tentara Salib walaupun seorang diantara mereka ada orang Kristen. Toleransi yang tinggi yang telah dibangun Khilafah Islamiyyah di sana menjadikan negeri itu masyarakat yang unik. Bentuk masyarakat Islami yang ada disana membuat setiap orang merasa aman dan tentram hidup berdampingan dengan sesama penduduk walaupun berbeda agama.
Politik pragmatisme kaum Zionis menjadikan semua itu hancur. Perdamaian yang telah terjadi sejak usai Perang Salib berubah menjadi konflik yang penuh kekejian. Negara Israel yang diprakarsai oleh Theodore Herzl menjadikan rakyat Palestina sebagai ‘rakyat tanpa tanah’. Cita-cita mereka untuk mendirikan Israel Raya adalah sudah ada sejak Konferensi Zioneisme di Basel, Swiss.ii Rencana itu tertuang dalm sebuah dokumen yang sangat terkenal yakni Protokol of Zion no 9. Disana disebutkan bahwa kaum Zionis harus mendirikan sebuah negara Yahudi untuk dapat menguasai dunia terutama wilayah Timur Tangah.iii
Israel, bukanlah negara agama Yahudi seperti yang diklaim di Protokol of Zion atau seperti yang sering diberitakan oleh Media selama ini. Israel adalah negara sekuler yang secara sengaja dibentuk dengan klaim negara Yahudi supaya orang Yahudi di dunia bersimpati kepada mereka dan mendukung ‘perjuangan’ mereka.iv Simpati itu pun datang dari Amerika sebagai teman setia Israel. Segala tindak-tanduk Israel selalu didukung Amerika dengan alasan Israel punya hak untuk menjaga negaranya dari segala bentuk penyerangan.v
Israel menjajah Palestina tidak hanya dalam bentuk penyerangan fisik dengan membunuh setiap orang Palestina tanpa memandang apakah dia seorang pria, wanita, tua, muda, bahkan anak-anak. Mereka sering mengadu domba diantara sesama faksi yang ada di sana. Politik adu domba itu ternyata membuahkan ‘hasil yang gemilang’. Faksi Fatah dan Hamas bermusuhan secara nyata. Mereka saling serang dan saling mengklaim wilayah dudukan mereka. Hamas menguasai Jalur Gaza dan Fatah menguasai Tepi Barat akibat diantara mereka tidak mau bersatu dan saling mengedepankan egoisme golongan.vi Sungguh taktik yang keji!

OIC (baca: O...I See), Hanya Bisa Melihat
Berkecamuknya perang di Tanah para Rosul itu mengundang simpati dari berbagai penjuru dunia. Organisasi Konferensi Islam (OKI) pun dibentuk dalam rangka menidaklanjuti kekejian Israel atas pembakaran Mesjidil Aqsho.vii Berbagai negara kaum Muslimin (yang berpenduduk Muslim) mengeluarkan kecaman kepada Israel sebagai wujud simpati mereka. Bahkan mereka tidak mau membuka hubungan diplomatik dengan Israel sebagai penegasan rasa simpati mereka.viii
Namun, rasa simpati itu tidak memberikan efek yang berarti bagi kondisi Palestina. OKI hanya berfungsi sebagai tempat berkumpulnya pemimpin negara untuk membicarakan isu-isu ekonomi dan keamanan. Konferensi demi konferensi telah digelar, tetapi isu memerdekakan Palestina tidak lagi menjadi isu utama. Isu di konferensi itu digiring untuk melupakan cita-cita mereka menjadi organisasi yang dikendalikan para Kapitalis demi kepentingan mereka. Sepertinya tidak ada keinginan diantara mereka untuk mengerahkan pasukannya dalam rangka membantu rakyat Palestina mengusir penjajah Israel.
Ketika rakyat Palestina dibombardir habis-habisan, OKI hanya bisa melihat apa yang sedang terjadi tanpa bisa berbuat apa. Sikap ini sepertinya sikap yang disengaja karena adanya tekanan Amerika terhadap penguasa kaum Muslimin. Sering kepanjangan OIC dipelesetkan menjadi O....I see (o, saya -hanya bisa- melihat).

Munculnya Isu ‘Save Our Palestine’, Hanya Simpati Tanpa Diteliti
Rasa simpati kaum Muslimin tidak hanya dengan dibentuknya OKI tetapi banyak diantara mereka mendirikan lembaga kajian dan solidaritas untuk Palestina. Berbagai kampanye anti-Israel diserukan bahkan mereka rela mengeluarkan harta untuk mendukung perjuangan rakyat di Palestina. Sering terjadi aksi demontrasi untuk mendukung perjuangan rakyat Palestina dengan membentangkan bendera Palestina sebagai bukti dukungan mereka.
Sering kita jumpai kata-kata ‘Save Our Palestine’ atau semacamnya memenuhi media cetak, poster, spanduk bahkan jaket dengan latar belakang bendera Palestina. Isu ini menjamur di kalangan aktifis pergerakan yang berusaha mencari penyelesaian problem Palestina. Semangat yang tinggi mendorong mereka melakukan apa saja supaya cita-citanya dapat terwujud.

Ternyata, semangat yang tinggi tidak cukup untuk menjadikan Palestina sebuah negara merdeka. Rasa simpati yang ada pada diri memang harus diberi apresiasi. Tetapi rasa simpati saja tidak cukup untuk mengglang kekuatan kaum Muslimin. Harus ada upaya maksimal yang lebih syar’i untuk menyelesaikan urusan kaum Muslimin yang tidak kunnjung selesasi ini.

Masalah Kaum Muslimin Bukan Hanya Palestina
Seiring berjalannya waktu, isu ‘save our Palestine’ ini menjadi isu global kaum Muslimin. Namun, secara alami isu ini membuat kaum Muslimin lupa akan penderitaan kaum Muslimin di negara lain. Penulis jarang melihat dan membaca isu penderitaan kaum Muslimin di Irak lebih kuat daripada isu Palestina. Segelintir kaum Muslimin lupa bahwa banyak saudara kita yang sama-sama menderita karena kekejian orang kafir.
Kaum Muslim di Xinjiang sudah lama mendapat tekanan dari Pemerintah Cina. Pemerintah India selalu menjadikan Kashmir sebagai lahan jajahan mereka. Somalia baru saja dibombardir oleh Amerika dengan alasan menstabilkan keamanan Afrika. Pattani berdarah karena Pemerintah Thailand menganggap mereka kaum sparatis. Mindanau baru saja digempur oleh Tentara Filipina. Kaum Muslimin di Sudan Selatan diadu domba oleh Amerika untuk merebut ladang minyak yang ada disana.ix Masih banyak saudara kita di Chechnya yang belum hidup dengan normal karena tekanan tentara Serbia. Dan masih banyak lagi negeri kaum Muslimin yang tidak bisa ibadah dengan tenang karena kejinya penjajahan kaum kafir.
Selain serangan dalam bentuk fisik, kaum Muslimin pun dijajah secara ekonomi, politik dan budaya. Jika kita mencari, tidak ada negeri kaum Muslimin yang benar-benar merdeka, termasuk Iran. Segala kebijakan ekonomi negeri Muslim selalu atas tekanan para Kapitalis asing. Kekayaan alam yang berlimpah tidak menjadikan negeri ini sejahtera karena telah dicuri para kapitalis.
Kondisi politik negeri kaum Muslim tidak terlepas dari rencana makar kafir penjajah. Apabila kebijakan politik tidak selaras dengan kebijakan Kapitalis maka sudah dapat dipastikan Pemerintah negeri itu tidak bisa tidur nyenyak. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) dan organisasi semacamnya menjadi setir bagi kondisi politik kaum Muslimin. Masuknya negeri kaum Muslimin ke dalam organisasi tersebut sama saja masuk ke dalam lubang buaya!

Jangan Terkecoh! Palestina Merdeka bukan Solusi
Ingat, kita jangan melupakan kondisi di atas hanya karena terkonsentrasi pada isu untuk membela kaum Muslimin di Palestina. Palestina hanyalah sebagian masalah kaum Muslimin yang begitu banyak. Ketika kita terkonsentrasi pada isu itu maka kita digiring untuk melupakan masalah yang utama. Seakan-akan kemerdekaan Palestina adalah segala-galanya mengalahkan pentingnya kaum Muslimin bersatu dalam satu naungan yakni Daulah Khilafah Islamiyah.
Sebagian kaum Muslimin berpendapat bahwa Palestina harus merdeka dalam satu negara dibawah satu bendera, Palestina. Jika isu itu yang dimunculkan maka sama saja kita melanggengkan penjajahan Israel di Palestina. Nasionalisme yang ada dalam benak kaum Muslimin adalah boomerang yang telah menjadikan mereka tidak bersatu. Isu nasionalisme inilah yang telah menghancurkan Khilafah Islamiyah menjadi berkeping-keping.x
Kita jangan sampai terkecoh oleh isu-isu kafir Penjajah dalam penyelesaian masalah Palestina. Amerika dan PBB sering menyarankan perdamaian antara Palestina dan Israel padahal sebenarnya untuk melanggengkan penjajahan mereka. ‘Perjanjian damai’ itu menjadikan intifadhoh terhenti dan Israel berkesempatan menyusun kekuatan mereka. Bahkan, dengan perjanjian damai itu semakin memperjelas siapa yang mendukung kafir Penjajah. Faktanya, Mahmud Abbas dan Salam Fayad (Fatah) lebih diakui Amerika dkk. dibandingkan Ismail Haniya dan Kholid Messal (Hamas).

Khilafah, Solusi Fundamental
Upaya untuk merobohkan Daulah Khilafah dan mendirikan kekuatan Zionis di Palestina adalah dua kejadian yang saling berkait. Persoalan Palestina tidak lebih merupakan usaha mereka untuk memalingkan benak kaum Muslimin dari eksistensi Daulah Khilfah dan pentingnya keberadaan Khilafah. Ini berbahaya! Isu ini senantiasa memalingkan benak kaum Muslimin dari aktivitas mengemban risalah Islam ke seluruh penjuru dunia serta menjadikan Daulah Islam sebagai pusat peradaban dunia.xi
Kaum Muslimin disibukan dengan persoalan Palestina seakan-akan itu adalah persoalan utama. Padahal itu hanyalah persoalan cabang yang dikemas oleh orang kafir dan munafiq sebagai persoalan utama. Dengan begitu, kita lupa pada persoalan utama kaum Muslimin dan menghabiskan energi kita untuk menyelesaikan masalah cabang tersebut. Jika kita menyadari persoalan utama kita adalah bagaimana mewujudkan Islam dalam kehidupan bernegara, dan menyebarluaskan risalah Islam ke seluruh penjuru dunia maka disatu sisi umat akan dapat menyelesaikan masalah utamanya. Disisi lain, umat akan mampu menggagas persoalan Plaestina dengan sudut pandang Islam, sehingga kita mampu menyelesaikan seluruh persolan dengan solusi Islami.
Seharusnya kampanye-kampanye yang dilakukan oleh partai, harokah atau lembaga solidaritas adalah kampanye untuk menegakkan kembali Khilafah. Apabila media seperti radio, TV, koran dan majalah Islami disibukan dengan persoalan Khilafah maka kita tidak perlu menunggu lama dan berlarut-larut untuk menyelesaikan masalah Palestina karena Daulah Khilafah pun akan segera tegak.
Orang kafir saja tahu kalau Khilafah-lah yang bisa menyelesaikan masalah Palestina. Makanya mereka berusaha mengalihkan isu Khilafah kepada ‘pentingnya sebuah perdamaian di Palestina’ yang cenderung memalingkan kaum Muslim dari penyelesaian masalah utama yang seharusnya. Perhatikanlah orang di sekitar kita, di dalam organisasi, harokah, ormas, atau partai yang kita jadikan sarana dakwah, bisa jadi ada orang-orang munafiq yang sengaja membuat kita lupa akan persoalan utama kaum Muslimin!
Untuk itu marilah kita mengkonsentrasikan diri mengkampanyekan Khilafah karena Khilafah-lah yang dapat menyelesaikan masalah Palestina. Daulah Khilafah yang akan mengkoordinir umat Islam untuk jihad melawan Israel, menghimpun kekuatan fisik, persenjataan, logistik dan memimpin peperangan dengan Israel dan pendukungnya Amerika dkk.

Tidak ada komentar: