Senin, 01 Desember 2008

Kemaksiatan Ideologis


Kemaksiatan Ideologis
Ideologi adalah aqidah aqliyah yang memancarkan peraturan-peraturan kehidupan (An-Nabhani, 2007). Setiap ideologi pasti dianut oleh individu di bumi ini dengan senantiasa mengakar dalam berbagai aspek kehidupannya, dari cara dia makan hingga cara mengatur negara. Aqidah sekulerisme sebagai landasan hidup ideologi Kapitalisme menjadikan orang senantiasa berbuat untuk mencari nilai manfaat tanpa mempedulikan aturan agamanya. Setiap orang beranggapan bahwa kehidupan ini hanya untuk mencari materi sehingga dia memisahkan aturan duniawi dengan aturan agamanya. Penyebaran ideologi ini melalui berbagai cara menjadikan hampir setiap manusia di muka bumi menganut ideologi ini.
Hingga saat ini ideologi kapitalisme telah menjelma menjadi sebuah masyarakat dengan ciri yang khas karena begitu banyak orang yang menganutnya. Ideologi ini seperti gurita yang menjulurkan tentakelnya ke setiap penjuru dunia dengan berbagai cara melalui media massa, pendidikan, intimidasi ekonomi dan gerakan politik. Ide sekulerisme sebagai pijakannya membuat orang memiliki karakter yang rendahnya melebihi binatang (QS Al-Furqon ayat 44).
Budaya pop ideologi Kapitalisme adalah segala pemikiran, ide, konsep ataupun cara hidup manusia yang lahir dari ideologi tersebut secara alami. Kerusakan budaya ini membuat orang memiliki cara berpikir yang rusak serta tidak terarah sehingga kehidupannya penuh dengan keresahan dan ketidakpastian. Kekosongan spiritual seseorang menjadikannya tidak memiliki tumpuan hidup karena sudah mengabaikan aspek ruhiyah padahal itu adalah suatu keniscayaan sebagai fitrah yang dimiliki manusia.

Konsumerisme
Karakter yang jelas terlihat dari masyarakat kapitalis adalah konsumtif. Konsumerisme menjadi senjata ampuh bagi roda pergerakan ekonomi Kapitalisme. Setiap individu ‘dipaksa’ untuk bersikap konsumtif walaupun harus menggunakan uang pinjaman dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Masyarakat tidak membedakan antara kebutuhan dan keinginan sehingga mereka cenderung mengikuti hawa nafsu dibandingkan logika. Akibatnya, banyak penduduk yang terlilit utang kepada lembaga keuangan seperti yang saat ini terjadi di Amerika (Kapitalisme di Ujung Tanduk, Adnan Khan, 2008).
Budaya konsumerisme ini bukan hanya terbatas dalam memenuhi kebutuhan primer seperti sandang, papan dan pangan tetapi sudah merambah kedalam gaya hidup yang tidak terarah. Pernahkan kita bertanya, kenapa begitu banyak orang yang suka mengkonsumsi minuman beralkohol padahal itu barang haram dan membahayakan? Gaya hidup seperti ini terkesan hanya menghamburkan uang dalam rangka memenuhi keinginan yang tidak terukur.

Hedonisme
Bagi masyarakat kapitalisme, memenuhi keinginan hawa nafsu adalah bagian dari kebutuhan yang harus dipenuhi tanpa memandang norma-norma agama. Budaya hedonistik menjadi sesuatu yang biasa dalam rangka memenuhi kebutuhan pribadi. Hedonisme tidak hanya berlaku untuk mengobati stress belaka tetapi sudah merambah pada kemaksiatan lain sebagai turunannya.
Sex bebas dan hura-hura saat ini sudah menjadi budaya anak-anak muda dengan alasan hak azasi tanpa harus diganggu. Pada awalnya konsep hak azasi manusia untuk melindungi orang dari segala bentuk penindasan, tetapi berkembang menjadi cara berpikir ‘semau gue’. Konsep hak azasi manusia ini sepertinya sudah kebablasan hingga menyentuh masalah ‘pribadi’ yang seakan tidak boleh diganggu padahal dalam Islam ada aturan untuk mengendalikan kondisi pribadi manusia.


Individualisme
Jangan aneh jikalau banyak diantara kita yang bersikap individualistik sehingga tidak saling mengenal dan tidak peduli nasib sesama Muslim. Individualisme sudah menjadi budaya masyarakat kapitalisme karena mereka menganggap masyarakat ini terdiri dari individu-individu yang terpisah. Padahal masyarakat merupakan satu kesatuan yang integral dimana setiap individu saling berinteraksi dan saling peduli. Dalam Islam, masyarakat seperti satu tubuh yang apabila salah satu diantara mereka merasakan sakit maka bagian tubuh yang lain pun merasakan hal yang sama.
Kemiskinan di setiap sudut kota adalah buah dari ketamakan dan keserakahan para kapitalis yang menghisap darah rakyat jelata. Mereka seakan tidak peduli akan kondisi di sekitarnya. Gedung-gedung pencakar langit diantara perumahan kumuh menjadi simbol kerserakahan mereka. Semua itu terjadi karena sistem ekonomi kapitalisme yang semakin memperdalam jurang antara si kaya dan si miskin akibat dari pola distribusi kekayaan yang tidak merata.

Pragmatisme
Saat ini pragmatisme politik sudah menjadi tren diantara para politikus dalam meraih kekuasaan. Mereka tak segan-segan untuk sogok sana sogok sini demi secuil kekuasaan sesaat. Sikap ini berpengaruh luas pada sebagian besar masyarakat dalam menyikapi kehidupan. Jangan aneh jika ada ulama yang berdakwah demi mencari uang; mahasiswa rajin belajar demi mencari gelar akademis; atau muda-mudi berpacaran untuk memuaskan nafsunya belaka. Orang menganggap semua hal yang dilakukan hanya untuk mengambil manfaatnya padahal Islam mengajarkan pada kita bahwa hidup ini untuk ibadah kepada Alloh. Bekerja, bermasyarakat, bernegara bahkan berkeluarga adalah wujud ibadah kepada Alloh SWT tidak sekedar mencari kebahagiaan sesaat. Bagi seorang muslim parameter kebahagiaan ini adalah ridlo Alloh SWT.

Prularisme
Ada banyak orang menganggap bahwa agama apa pun sama selama dia mengajarkan kebaikan adalah benar. Pluralisme agama menjadi tren masa kini sehingga orang merasa tidak percaya diri dengan ke-Islamannya. Jangankan bersedia untuk menjalankan semua syariatnya, justru mereka menolak diterapkannya syariat Islam dengan alasan toleransi beragama. Menurut anggapan mereka syariat Islam melanggar Hak Azasi Manusia karena tidak menghargai manusia sebagaimana mestinya.
Bagi mereka, agamanya hanyalah pemuas dahaga spiritual manusia. Seharusnya agama dijadikan landasan dalam berpikir dan bertindak sehingga kehidupan manusia akan senantiasa lebih terarah. Islam mengajarkan kepada kita untuk menjadikan setiap konsep pemikirannya pemandu kehidupan sehingga terbentuk masyarakat yang syar’i.

Demokrasi
Begitupun demokrasi menjadi hal yang dijunjung tinggi dibandingkan keimanan kepada Alloh SWT dengan menjalankan semua perintahnya dalam berbagai aspek. Manusia sudah berani untuk membuat aturan diatas aturan Alloh SWT. Secara sadar atau tidak sadar, inilah kemaksiatan terbesar dibandingkan kemaksiatan lainnya. Kemaksiatan sistematis ini membuat semua bentuk kehidupan manusia menjadi jauh dari Islam.
Banyak orang beranggapan bahwa kemaksiatan yang terjadi adalah buah dari kemerosotan akhlaq. Padahal kemerosotan akhlaq hanyalah turunan dari demokrasi sebagai kemaksiatan terbesar dimana manusia sudah mengabaikan ajaran Alloh SWT dalam menata kehidupan ini.

Mari Tinggalkan Semua Itu…….
Sudah saatnya kita meninggalkan semua serangan pemikiran sesat itu dengan menjadikan pemikiran Islam sebagai ‘lawan tandingnya’. Insya Alloh, hanya dengan pemikiran Islam semua itu dapat diakhiri. Pemikiran Islami lahir dari ideologi Islam dengan akidah Islam sebagai landasan. Akidah Islam tidak pernah membedakan antara apsek spiritual dan aspek meterial. Masyarakat Islam berdiri diatas aturan Islam yang mengatur cara ibadah ritual hingga mengatur negara. Kekosongan spiritual yang dialami masyarakat Kapitalis tidak terjadi karena secara alami masyarakat Islami akan terbentuk.

Tidak ada komentar: