Senin, 01 Desember 2008

Akhir dari Korporatokrasi

Ketika krisis ekonomi global sedang melanda dunia ini maka sebenarnya adalah penantian ajal dari korporatokrasi. Bursa-bursa saham di beberapa negara mengalami keguncangan karena adanya krisis yang melanda Amerika sebagai negara adidaya. Kondisi ini juga ternyata dirasakan oleh para pengusaha  di Indonesia dengan ditandai anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 10, 38 % (8/10/2008). Wajar saja kalau orang Indonesia kecipratan imbasnya karena pada dasarnya pengusaha yang ada di Indonesia adalah kepanjangan tangan para pengusaha asing.

Ya, setiap jengkal dari tanah di dunia ini telah dikuasai oleh para korporat yang selalu menancapkan kukunya yang tajam (John Perkins, Pengakuan Bandit Ekonomi, 2007).  Entah disadari ataukah tidak, tidak ada kedaulatan rakyat di dunia ini tapi yang ada hanyalah kedaulatan para pengusaha yang menjadi penguasa. Mereka seperti gurita yang merangkul dunia ini dengan tentakel-tentakelnya yang banyak dan panjang. Keserakahan mereka membuat dunia ini rusak dan tidak teratur.

Kalaulah mereka masih mempunyai sedikit iman maka sekaranglah saatnya mereka bertobat karena begitu banyak dosa mereka di dunia ini. Asap-asap pabrik milik mereka yang mengotori angkasa menyebabkan pemanasan global sehingga banyak para petani yang tidak bercocok tanam karena sawahnya kering. Sudah terlalu banyak kaum papa yang semakin miskin karena sulit menghidupi dirinya sendiri. Setiap jengkal tanah milik mereka dicuri oleh para korporat yang gila kekuasaan.

Dalam benak para korporat hanyalah uang dan kekuasaan sehingga mereka pun rela mengeluarkan uang milyaran dollar hanya untuk membiayai kampanye para agennya yang ditanam di parlemen. Melalui para agennya ini setiap Undang-undang yang dibuat disesuaikan dengan pesanan para korporat. Maka wajar jika setiap kebijakan Pemerintah jarang yang berpihak pada rakyat kecil. Republik ini dibentuk bukan untuk melayani ‘publik’ tetapi dibuat untuk melayani ‘pabrik’. Saya sering bertanya, siapa sesungguhnya yang berkuasa?

Kehidupan di dunia ini seperti roda yang berputar. Ada saatnya ketika para pengusaha super kaya itu berkuasa dan bisa mengendalikan dunia namun ada saatnya ketika mereka harus mengemis kepada rakyatnya hanya untuk mempertahankan eksistensi mereka. Hal ini terjadi ketika Pemerintah Amerika mengocorkan dana untuk menolong para pengusaha yang sebentar lagi mengakhiri riwayatnya (BBC World Service). Tentu saja bantuan itu adalah uang rakyat Amerika yang dikumpulkan melalui pajak, bea, cukai dan berbagai mekanisme pengumpulan uang. Namun aneh, mengapa harus rakyat Amerika yang meanggung kebangkrutan mereka?

Saya yakin ini semua _cepat atau lambat_ adalah akhir dari kisah koporatokrasi. Kebangkrutan yang terjadi adalah buah tangan mereka sendiri yang tidak mempunyai hati nurani ketika mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekayaan alam negeri ini. Mereka adalah manusia _bukan Tuhan_ yang tidak bisa memprediksi masa depan hanya dengan melihat angka-angka pertumbuhan ekonomi di layar komputer. Seringkali perkiraan mereka meleset dan akhirnya mereka terperosok kedalam jurang kehancuran. Lihatlah, berbagai krisis di belahan dunia akibat ulah mereka!

 (pernah dimuat di Media Indonesia, 11 Nopember 2008)

Tidak ada komentar: