Rabu, 14 Januari 2009

Renungan Awal Tahun


Islam Politis sebagai Solusi Segala Krisis….

Secara kebetulan, awal tahun 1430 H beriringan dengan awal tahun 2009 M. Sepertinya Alloh SWT sudah merekayasa semua ini untuk memberikan jawaban kepada seluruh umat manusia khususnya umat Islam bahwa sudah seharusnya kita memiliki kehidupan baru. Pada awal tahun ini dunia digoncangkan dengan berbagai kejadian luar biasa sebagai sebuah peringatan.
Krisis global yang melanda sebagian besar belahan dunia menjadi sebuah pelajaran penting bagi kita bahwa dunia memerlukan perubahan. Kondisi ini sebagai sebuah peringatan bagi kita untuk segera melaksanakan hukum-hukum Alloh SWT sebagai solusi dari segala krisis yang ada. Sistem ekonomi kapitalisme tidak bisa menjadi acuan hidup seluruh umat manusia karena kenyataannya banyak orang yang tidak berdosa terkena imbas dari krisis ini.
Di depan mata kita, atau kita sendiri, menjadi korban krisis yang terjadi. Sekitar 1,6 juta orang Rata PenuhIndonesia siap menghadapi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) tahun ini. Perkiraan ini diperkuat dengan merosotnya dunia usaha sehingga kinerja ekspor komoditas pun turun 30 % (Media Indonesia, 2/1/2009). Kondisi ini sangat berpengaruh pada beban ekonomi masyarakat yang semakin sulit. Apalagi saat ini sulit sekali mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan hidup walaupun Pemerintah RI sudah menawarkan berbagai kredit usaha yang sarat dengan riba.
Merebaknya PHK di berbagai penjuru dunia mengundang banyak efek negatif sebagai imbas dari krisis ekonomi global. Tekanan ekonomi memaksa seseorang untuk berbuat apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Meningkatnya tindakan kriminal di tengah masyarakat menjadi ekses negatif kondisi sosial masyarakat yang tidak bisa dicegah. Banyak orang yang sudah kehilangan akal sehat untuk mencuri, menjual diri bahkan bunuh diri. Jangan merasa aneh bila dalam waktu satu tahun kedepan akan semakin banyak kriminalitas di lingkungan tempat tinggal kita.
Ketika banyak orang sedang dilanda keresahan, tiba-tiba akan banyak muncul ‘Pahlawan Kesiangan’ menawarkan janji-janji kosong tentang perbaikan nasib bangsa. Mereka tidak menghiraukan apa sebenarnya yang mereka katakan, walaupun hati kecil mereka tahu bahwa mereka sedang ‘menantang Alloh’ untuk menyelesaikan masalah yang ada. Isu-isu yang mereka angkat adalah isu basi dimana secara hitung-hitungan sulit untuk mereka tepati. Namun, kebodohan umat ini telah mereka manfaatkan demi secuil kekuasaan dibandingkan kuasa Alloh SWT yang meliputi seluruh alam ini.
Janji-janji kosong penguasa ini menjadikan banyak orang bersikap apatis terhadap kondisi di sekitarnya. Mereka sudah tidak peduli nasib saudaranya sesama Muslim. Apatisme ini menjadi ‘racun’ dimana umat alergi untuk berpolitik. Mereka beranggapan bahwa politik adalah kotor, bohong, keji dan berbagai anggapan lainnya. Padahal politik adalah mengurus urusan umat yang sifatnya wajib bagi setiap Muslim. Apabila umat sudah bersikap apatis, maka mereka pun tidak percaya juga terhadap solusi Islam yang ditawarkan oleh berbagai kalangan aktifis Islam. Mereka sibuk dengan doa’-doa’ mereka kepada Alloh sehingga mereka menjauhkan diri dari aktifitas politik. Bagi mereka, Islam tidak boleh dikaitkan dengan masalah politik sehingga beranggapan Islam hanya mengurus urusan ibadah ritual saja. Padahal tidak demikian!
Sikap apatisme ini menjalar ketika pada pergantian tahun ini saudara-saudara kita di Palestina dibombardir oleh tentara Israel. Banyak diantara kita beranggapan bahwa masalah Palestina bukanlah masalah kita sebagai umat Islam di Indonesia. Anggapan ini lahir karena adanya nasionalisme diantara kita yang sudah memisahkan rasa persatuan kita sebagai umat Islam di seluruh dunia. Nasionalisme telah memisahkan setiap umat Islam di penjuru dunia dan tersibukan dengan urusan negaranya masing-masing. Bahkan, mereka menyerahkan urusan Palestina kepada PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) dan memalingkan solusi syar’i yakni tegaknya Daulah Islam untuk mengakomodir umat untuk berjihad.

Siapa yang Salah?
Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Pemerintah dalam krisis yang sedang dihadapi. Justru, kita harus menyalahkan diri sendiri yang ‘rela’ untuk diatur oleh ideologi kapitalisme atas dasar aqidah sekulerisme. Kita sendiri yang memilih mereka untuk menjadi pemimpin dalam mengurusi umat ini. Kita sendiri yang memilih mereka dalam Pemilu sebelumnya atau akan memilih mereka lagi pada 9 April nanti?
Sebagian besar diantara kita menjadi orang-orang yang suka menuduh orang lain ketika dihadapkan pada situasi yang sulit. Padahal situasi ini kita sendiri yang menciptakannya. Banyak diantara kita justru semakin jauh dari Alloh SWT yang telah memperingatkan bahwa semua krisis ini pasti akan terjadi ketika umat ini tidak menjadikan Islam sebagai aturan hidupnya.
Banyak diantara kita yang sangat mudah diadu domba karena menjadikan manusia sebagai tumpuan terhadap masalah yang sedang terjadi. Bercermin pada era Reformasi 98, banyak harapan didepan mata tetapi ternyata itu hanyalah angan-angan kosong karena kita sendiri masih percaya kepada manusia sebagai ‘Dewa Penyelamat’. Kalau begitu, siapa lagi yang akan kita percayai selain Alloh SWT?!

Caranya?
Banyak diantara kita sering bertanya, bagaimana caranya untuk keluar dari segala krisis ini?
  • Pertama, kita sendiri harus memperkuat aqidah dengan senantiasa mempelajari Islam. Dengan begitu, akan terbentuk cara pendang Islami dalam menyikapi kehidupan. Pengetahuan kita tentang Islam akan senantiasa bertambah sehingga ada ketertarikan kepada Islam.
  • Kedua, jauhi sikap hidup sekulerisme dimana kita masih beranggapan bahwa Islam tidak bisa menjadi solusi atas krisis yang ada. Sikap ini menjadikan manusia membedakan antara kehidupan dunia dan akhirat! Kemudian selanjutnya menjauhkan mereka dari Alloh SWT.
  • Ketiga, tingkatkan rasa kepedulian kepada sesama saudara kita sehingga akan tergerak untuk bersama-sama keluar dari krisis yang ada.
  • Keempat, mari bersama-sama untuk berdakwah di tengah-tengah kita karena dengan dakwah akan tercipta opini yang sama tentang ‘Islam sebagai Solusi’. Semarakan dakwah di mesjid, rumah, sekolah, kampus, kantor, radio, televisi bahkan di tengah sawah!
  • Kelima, mari tingkatkan kepedulian politik kita dengan senantiasa mendakwahkan Islam yang bersifat politis.
Insya Alloh, tidak akan ada kebuntuan dalam hidup kita saat ini apabila bersama-sama menuju solusi yang satu. Tidak akan ada lagi yang memilih solusi lain selain solusi Islam. Sering kita dibingungkan dengan Islam yang terlalu luas, padahal solusi itu kita sendiri yang menjalankannya!

Tidak ada komentar: