Senin, 19 Januari 2009

Mengapa Kita Harus Meninggalkan Demokrasi?



Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yang diturunkan oleh Alloh, dan janganlah kamu mengikuti keinginan mereka. Dan waspadalah terhadap mereka, jangan sampai mereka memperdayakan engkau terhadap sebagian apa yang telah diturunkan Alloh kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum Alloh), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Alloh berkehendak menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sungguh, kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasik. (Al-Maidah ayat 49)




Demokrasi Sistem Kufur
Demokrasi adalah suatu konsep tentang realita kehidupan dimana manusia berkehendak untuk membuat peraturan hidupnya (Demos: rakyat; kratos: pemerintahan). Padahal, aturan hidup itu sudah dibuat oleh Alloh SWT dengan sangat sempurna. Alloh SWT sebagai pencipta alam semesta, manusia dan kehidupan ini sudah menyertakan tata cara “penggunaan” alam semesta sebagaimana sebuah pabrik membuat aturan pakai tentang suatu produk yang dibuatnya. Jika Alloh sudah menciptakan sebuah aturan untuk hidup ini maka mengapa kita sebagai manusia berani untuk membuat aturan lain selain aturan Alloh SWT yang Maha Mengetahui kondisi alam semesta?
Perintah untuk memutuskan perkara kehidupan menurut aturan Alloh adalah wajib hukumnya, maka apakah kita akan menginginkan aturan manusia sebagai pengatur kehidupan ini. Sebagai umat Islam, kita jangan sampai tertipu oleh tipu daya orang-orang kafir bahwa demokrasi merupakan sistem politik paling baik yang bisa mengakomodir kepentingan seluruh umat manusia. Anggapan sesat ini membuat kaum Muslimin berpaling dari aturan Alloh SWT dan masuk ke dalam kubangan maksiat secara berjamaah.

Demokrasi Mengundang Kesengsaraan
Manusia adalah makhluk yang lemah dimana kita tidak dapat melihat realita secara menyeluruh. Setiap kepala dari manusia akan berbeda tatkala mengeluarkan pendapat. Maka dari itu, dalam demokrasi cenderung terjadi konflik yang membawa manusia ke dalam kehancuran. Teori-teori tentang sistem pemerintahan demokrasi muncul dari para filosof Yunani ketika mereka menaggap bahwa kerajaan yang bersifat absolut (mutlak) tidak dapat mengakomodir kepentingan rakyatnya. Padahal demokrasi melahirkan bentuk “kerajaan” baru yakni ‘kekuasaan parlemen’.
Parlemen sebagai bentuk sistem Pemerintahan demokrasi merupakan wakil dari berbagai golongan yang mempunyai kepentingan. Umat ini telah ditipu dengan anggapan bahwa parlemen adalah wakil rakyat yang akan menjadi corong aspirasi mereka. Namun, pada kenyatannya demokrasi adalah bentuk legitimasi dari kepentingan para Kapitalis untuk melancarkan usaha mereka.
Sistem demokrasi bisa lahir dari ideologi Kapitalisme atau Sosialisme karena keduanya mengabaikan nash-nash Al-Qur’an dan As-Sunah sebagai sumber untuk menggali hukum. Saat ini demokrasi identik dengan Kapitalisme sebagai ideologi yang menguasai dunia dimana roda pemerintahan yang ada di berbagai penjuru dunia harus sesuai dengan keinginan mereka. Atas nama demokrasi, George Walker Bush mengirim tentaranya untuk menyerang Irak dan Afganistan. Dengan demokrasi pula, Hamas dan Fatah di Palestina pecah menjadi dua golongan yang saling menumpahkan darah. Coba kita lihat, bagaimana nasib rakyat di negara-negara tersebut sekarang? Apakah ini yang dimaksud demokrasi oleh Bush?
Ketika terjadi krisis multidimensi di Indonesia maka kaum Reformis menyerukan untuk segera memperbaiki sistem pemerintahan supaya lebih demokratis. Pemilu ’99 yang dipercepat hingga hari ini ternyata tidak membawa sebuah perubahan yang berarti. Sudah puluhan kali Pilkada digelar tetapi tidak dapat membawa negeri ini ke dalam kondisi yang lebih baik. Saat ini kita telah ditipu, padahal Alloh telah memperingatkannya dalam al-Quran!

Demokrasi sebagai Tipu Daya
Demokrasi adalah bentuk tipu daya para Kapitalis untuk menguasai negeri-negeri kaum Muslimin karena demokrasi berdiri pada 3 azas. Ketika berekonomi maka Kapitalis yang bermain, ketika berkelakukan maka canderung menggunakan faham liberalisme dan ketika berpolitik cenderung sekuler.
Pada umumnya kita telah ditipu oleh para Kapitalis bahwa demokrasi menjadi wadah kepentingan rakyat. Anggpan demikian membuat umat ini memahami demokrasi hanya dari sisi prosedural saja tetapi tidak memahaminya lebih mendalam. Ketika setiap beranggapan bahwa demokrasi adalah sistem paling baik maka merka akan mendukung dan memperjuangkannya. Namun perjuangan mereka sia-sia karena ketika wakil mereka di Parlemen menjadi pengkhianat yakni dengan menyerahkan hak-hak rakyat kepada para Kaiptalis pemilik modal.
Para Kapitalis ini menyokong dana partai-partai terpilih untuk membuat Undang-undang yang sesuai dengan pesanan mereka. Maka aneh kalau banyak mahasiswa yang menolak Undang-undang yang pro Kapitalis tetapi justru meneriakan ‘demokrasi sebagai solusi’?! Aturan hidup seperti ini yang tidak diridloi Alloh SWT karena semua ini hanyalah bentuk tipu daya orang-orang kafir untuk menguasai tanah kaum Muslimin. Mereka menanam agen-agen mereka di berbagai penjuru dunia sehingga setiap jengkal tanah dibawah kontrol mereka.
Demokrasi pun melahirkan faham liberalisme dimana orang bebas untuk berfikir dan berkelakuan. Dalam kehidupan demokratis saat ini, lahirlah konsep hak azasi manusia yang menjauhkan manusia dari peringatan Alloh SWT. Orang tidak bisa melarang wanita telanjang karena itu adalah hak dia untuk seperti itu selama tidak menganggu orang lain. Liberalisme pun membuat kaum Muslimin berani menafsirkan ayat-ayat al-Quran dengan penafsiran semau gue sehingga lahirlah kaum Islam Liberal yang menjadi duri dalam daging umat ini.
Kaum Muslimin harus menyadari bahwa sistem pemerintahan yang demokratis bukanlah segala-galanya. Banyak orang memandang bahwa demokrasi lahir dari prinsip musyawarah untuk mufakat padahal itu adalah isapan jempol belaka. Konsep sesat ini telah meracuni umat sejak dia masih sekolah dasar hingga perguruan tinggi sehingga tebentuk pemikiran bahwa tiada sistem pemerintahan yang labih baik selain demokrasi. Umat ini menjadi bingung ketika menghadapi krisis sehingga bertanya. “Kalau demokrasi itu salah lalu dengan apalagi negeri ini akan diatur….?”. Awas, pertanyaan tersebut adalah bentuk dari sikap kita yang sekuler dimana tidak meyakini konsep Islam sebagai solusi. Umat ini sepertinya tidak yakin jika Islam menjadi pemimpin dalam panggung politik bahkan cenderung menjauhkan Islam dari politik. Seharusnya kita mendakwahkan Islam politis karena politik itu adalah mengurus urusan umat yang hukumnya wajib.
Banyak diantara kaum Muslimin ingin menjadikan politik Islam sebagai solusi dari segala krisis yang terjadi namun masih menjadikan demokrasi sebagai isu pergerakan mereka. Anggapan ini menjadikan banyak Partai Isam yang ikut dalam kancah Pemilu. Jika dicermati sebenarnya mereka sudah masuk ke dalam ‘lubang biawak’ yang sulit untuk keluar lagi. Pertama, hal itu merupakan kemaksiatan karena ikut nimbrung membuat hukum kufur. Kedua, umat semakin bingung antara yang haq dan bathil karena sudah biasa apabila parpol Isam masuk kedalam parlemen dengan alasan ‘perubahan secara bertahap’. Ketiga, memperkuat sekulerisme itu sendiri dan menjauhkan umat dari ukhuwah Islamiyyah karena nasionalisme dan fanatisme golongan sudah melekat dalam diri umat ini. (Baca, Nasionalisme mengalahkan Ukhuwah Islamiyyah di muhammadyusufansori.blogspot.com)

Hanya Islam sebagai Lawan dari Demokrasi
Ketika banyak orang membiaskan antara demokrasi dan Islam (bahkan adala istilah ‘demokrasi Islam) maka saya menawarkan kepada kaum Muslimin untuk segera meninggalkan cara berfikir demokratis dan merubahnya menjadi cara berfikir Islami. Dengan begitu, kita akan mengembalikan setiap permasalahan yang ada kepada Islam bukan kepada guru, ustadz, murobbi atau orang Islam Liberal. Hanya syariat Islam yang digali dari nash al-Quran dan As-Sunnah yang membuka hati dan pemikiran kita. Apabila setiap orang sudah memiliki cara berfikir Islami maka tidak akan ada lagi yang mendukung orang-orang fasik untuk duduk di parlemen dan mengendalikan kehidupan kita.
Ketika umat ini serempak untuk menjauhi penguasa fasik maka tegaknya kehidupan Islam dibawah naungan Daulah Khilafah Islamiyyah akan segera terwujud. Kita jangan menjadi orang-orang yang rajin berdoa dan menitikkan air mata tetapi masih setuju dengan sistem demokrasi dan melakoninya. Padahal Alloh sudah mengabulkan doa kita untuk keluar dari krisis tetapi hati dan fikiran kita tertutup dari rahmat Alloh yakni konsep-konsep aturan Islam yang sudah ditawarkan oleh banyak ulama sebagai solusi. Marilah kita isukan di tengah-tengah umat bahwa sekulerisme, kapitalisme, nasionalisme dan demokrasi itu haram!

Rabu, 14 Januari 2009

Renungan Awal Tahun


Islam Politis sebagai Solusi Segala Krisis….

Secara kebetulan, awal tahun 1430 H beriringan dengan awal tahun 2009 M. Sepertinya Alloh SWT sudah merekayasa semua ini untuk memberikan jawaban kepada seluruh umat manusia khususnya umat Islam bahwa sudah seharusnya kita memiliki kehidupan baru. Pada awal tahun ini dunia digoncangkan dengan berbagai kejadian luar biasa sebagai sebuah peringatan.
Krisis global yang melanda sebagian besar belahan dunia menjadi sebuah pelajaran penting bagi kita bahwa dunia memerlukan perubahan. Kondisi ini sebagai sebuah peringatan bagi kita untuk segera melaksanakan hukum-hukum Alloh SWT sebagai solusi dari segala krisis yang ada. Sistem ekonomi kapitalisme tidak bisa menjadi acuan hidup seluruh umat manusia karena kenyataannya banyak orang yang tidak berdosa terkena imbas dari krisis ini.
Di depan mata kita, atau kita sendiri, menjadi korban krisis yang terjadi. Sekitar 1,6 juta orang Rata PenuhIndonesia siap menghadapi PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) tahun ini. Perkiraan ini diperkuat dengan merosotnya dunia usaha sehingga kinerja ekspor komoditas pun turun 30 % (Media Indonesia, 2/1/2009). Kondisi ini sangat berpengaruh pada beban ekonomi masyarakat yang semakin sulit. Apalagi saat ini sulit sekali mencari alternatif untuk memenuhi kebutuhan hidup walaupun Pemerintah RI sudah menawarkan berbagai kredit usaha yang sarat dengan riba.
Merebaknya PHK di berbagai penjuru dunia mengundang banyak efek negatif sebagai imbas dari krisis ekonomi global. Tekanan ekonomi memaksa seseorang untuk berbuat apa saja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Meningkatnya tindakan kriminal di tengah masyarakat menjadi ekses negatif kondisi sosial masyarakat yang tidak bisa dicegah. Banyak orang yang sudah kehilangan akal sehat untuk mencuri, menjual diri bahkan bunuh diri. Jangan merasa aneh bila dalam waktu satu tahun kedepan akan semakin banyak kriminalitas di lingkungan tempat tinggal kita.
Ketika banyak orang sedang dilanda keresahan, tiba-tiba akan banyak muncul ‘Pahlawan Kesiangan’ menawarkan janji-janji kosong tentang perbaikan nasib bangsa. Mereka tidak menghiraukan apa sebenarnya yang mereka katakan, walaupun hati kecil mereka tahu bahwa mereka sedang ‘menantang Alloh’ untuk menyelesaikan masalah yang ada. Isu-isu yang mereka angkat adalah isu basi dimana secara hitung-hitungan sulit untuk mereka tepati. Namun, kebodohan umat ini telah mereka manfaatkan demi secuil kekuasaan dibandingkan kuasa Alloh SWT yang meliputi seluruh alam ini.
Janji-janji kosong penguasa ini menjadikan banyak orang bersikap apatis terhadap kondisi di sekitarnya. Mereka sudah tidak peduli nasib saudaranya sesama Muslim. Apatisme ini menjadi ‘racun’ dimana umat alergi untuk berpolitik. Mereka beranggapan bahwa politik adalah kotor, bohong, keji dan berbagai anggapan lainnya. Padahal politik adalah mengurus urusan umat yang sifatnya wajib bagi setiap Muslim. Apabila umat sudah bersikap apatis, maka mereka pun tidak percaya juga terhadap solusi Islam yang ditawarkan oleh berbagai kalangan aktifis Islam. Mereka sibuk dengan doa’-doa’ mereka kepada Alloh sehingga mereka menjauhkan diri dari aktifitas politik. Bagi mereka, Islam tidak boleh dikaitkan dengan masalah politik sehingga beranggapan Islam hanya mengurus urusan ibadah ritual saja. Padahal tidak demikian!
Sikap apatisme ini menjalar ketika pada pergantian tahun ini saudara-saudara kita di Palestina dibombardir oleh tentara Israel. Banyak diantara kita beranggapan bahwa masalah Palestina bukanlah masalah kita sebagai umat Islam di Indonesia. Anggapan ini lahir karena adanya nasionalisme diantara kita yang sudah memisahkan rasa persatuan kita sebagai umat Islam di seluruh dunia. Nasionalisme telah memisahkan setiap umat Islam di penjuru dunia dan tersibukan dengan urusan negaranya masing-masing. Bahkan, mereka menyerahkan urusan Palestina kepada PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa) dan memalingkan solusi syar’i yakni tegaknya Daulah Islam untuk mengakomodir umat untuk berjihad.

Siapa yang Salah?
Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan Pemerintah dalam krisis yang sedang dihadapi. Justru, kita harus menyalahkan diri sendiri yang ‘rela’ untuk diatur oleh ideologi kapitalisme atas dasar aqidah sekulerisme. Kita sendiri yang memilih mereka untuk menjadi pemimpin dalam mengurusi umat ini. Kita sendiri yang memilih mereka dalam Pemilu sebelumnya atau akan memilih mereka lagi pada 9 April nanti?
Sebagian besar diantara kita menjadi orang-orang yang suka menuduh orang lain ketika dihadapkan pada situasi yang sulit. Padahal situasi ini kita sendiri yang menciptakannya. Banyak diantara kita justru semakin jauh dari Alloh SWT yang telah memperingatkan bahwa semua krisis ini pasti akan terjadi ketika umat ini tidak menjadikan Islam sebagai aturan hidupnya.
Banyak diantara kita yang sangat mudah diadu domba karena menjadikan manusia sebagai tumpuan terhadap masalah yang sedang terjadi. Bercermin pada era Reformasi 98, banyak harapan didepan mata tetapi ternyata itu hanyalah angan-angan kosong karena kita sendiri masih percaya kepada manusia sebagai ‘Dewa Penyelamat’. Kalau begitu, siapa lagi yang akan kita percayai selain Alloh SWT?!

Caranya?
Banyak diantara kita sering bertanya, bagaimana caranya untuk keluar dari segala krisis ini?
  • Pertama, kita sendiri harus memperkuat aqidah dengan senantiasa mempelajari Islam. Dengan begitu, akan terbentuk cara pendang Islami dalam menyikapi kehidupan. Pengetahuan kita tentang Islam akan senantiasa bertambah sehingga ada ketertarikan kepada Islam.
  • Kedua, jauhi sikap hidup sekulerisme dimana kita masih beranggapan bahwa Islam tidak bisa menjadi solusi atas krisis yang ada. Sikap ini menjadikan manusia membedakan antara kehidupan dunia dan akhirat! Kemudian selanjutnya menjauhkan mereka dari Alloh SWT.
  • Ketiga, tingkatkan rasa kepedulian kepada sesama saudara kita sehingga akan tergerak untuk bersama-sama keluar dari krisis yang ada.
  • Keempat, mari bersama-sama untuk berdakwah di tengah-tengah kita karena dengan dakwah akan tercipta opini yang sama tentang ‘Islam sebagai Solusi’. Semarakan dakwah di mesjid, rumah, sekolah, kampus, kantor, radio, televisi bahkan di tengah sawah!
  • Kelima, mari tingkatkan kepedulian politik kita dengan senantiasa mendakwahkan Islam yang bersifat politis.
Insya Alloh, tidak akan ada kebuntuan dalam hidup kita saat ini apabila bersama-sama menuju solusi yang satu. Tidak akan ada lagi yang memilih solusi lain selain solusi Islam. Sering kita dibingungkan dengan Islam yang terlalu luas, padahal solusi itu kita sendiri yang menjalankannya!